Aren
(Arenga pinnata) telah lama dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia
dan telah diketahui manfaat ekonominya sejak dahulu kala. Tanaman ini mudah
beradaptasi pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga
ketinggian 1400 m di atas permukaan laut, memiliki daya adaptasi yang baik
terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, dan toleransi tinggi dalam pola
tanam campuran, termasuk dengan tanaman berkayu, serta cepat tumbuh karena
memiliki akar banyak dan tajuk lebat. Tanaman aren sebagian besar diusahakan oleh
petani dalam skala kecil. Oleh karena tanaman ini, sangat cocok untuk
dikembangkan pada lahan-lahan marginak yang kebanyakan dimiliki oleh petani
miskin. Untuk mengatasi peningkatan luas dan jumlah kawasan lahan miskin di
Indonesia dengan laju yang semakin tinggi diperlukan tipe tanaman seperti aren.
Tanaman ini sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah. Di samping itu,
tanaman aren menghasilkan biomassa di atas dan dalam tanah yang sangat besar
sehingga berperan penting dalam siklus CO2.
Pohon
aren merupakan pohon yang menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama. Hampir
semua bagian fisik pohon aren (akar, batang dan daun) maupun produksi tanaman
ini (buah muda, nira dan pati atau tepung dalam batang) dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Dengan demikian penganekaragaman
pemanfaatan aren akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan menyediakan
lapangan kerja, sehingga tekanan masyarakat terhadap hutan dapat berkurang dan
kelestariannya bisa dipertahankan.
Produk-produk yang dihasilkan dari tanaman
aren, yaitu antara lain:
Bioetanol atau Biofuel dikenal sebagai Bahan Bakar Nabati yang
ramah lingkungan, merupakan sumber energi terbarukan yang menjadi alternatif
pengganti (substitusi) dari bahan bakar minyak yang akan habis ketersediaannya
sebagaimana yang telah mulai dirasakan masyarakat dunia saat ini.
Pemanfaatan Produk Bioetanol
Ø Kadar 60% s/d 70%,
sebagai substitusi produk alkohol (industri farmasi) sebagai substitusi Bahan
Bakar Minyak jenis minyak tanah
Ø Kadar 70% s/d 80%,
sebagai substitusi produk alkohol (industri farmasi)
Ø Kadar 70% s/d 90%,
sebagai bahan pendukung produksi makanan & minuman
Ø Kadar 99,5% sebagai
substitusi Bahan Bakar Minyak jenis bensin.
Cuka
dapat juga diperoleh melalui proses fermentasi
berlanjut dari nira aren, dimana lama kelamaan alkohol dalam nira aren
akan terurai dan terbentuk menjadi cuka (asam asetat). Jika pembuatan
alkohol dari nira dilakukan dalam wadah
tertutup, sebaliknya pembuatan cuka justru
dilakukan di dalam wadah terbuka dan
setelah 8 hari seluruh nira sudah
berubah menjadi cuka.
Nira
aren segar juga terutama digunakan sebagai bahan baku
pengolahan gula aren. Pengolahan langsung nira
menghasilkan gula aren yang berwarna coklat
kemerahan, sifat lebih solid dan memiliki
rasa lebih manis. Sedangkan nira yang
terlambat diolah akan menghasilkan gula yang
berwarna kekuningan, lunak atau tidak mengeras
sehingga tidak dapat dicetak. Sampai saat
ini produk utama pohon aren adalah gula
aren.
Gula
aren terdapat dalam tiga bentuk yaitu :
Ø gula
cetak (kerekan); umumnya memiliki bentuk sesuai
bentuk cetakan yang digunakan.
Ø gula
pasir; gula aren yang dikristalkan kecil-kecil seperti pasir dan berwarna
merah.
Ø gula
semut ; merupakan jenis gula yang dibuat
dari nira dengan bentuk serbuk atau kristal
dan berwarna kuning kecokelatan sampai coklat,
dengan gula pasir (aren), akan tetapi ukurannya
lebih besar sedikit dari pada gula pasir. Gula semut ini telah dipasarkan
secara luas dengan berbagai merek.
1. 4. Ijuk Aren
Serat-serat ijuk yang dihasilkan oleh pohon aren dapat dipanen setelah pohon tersebut berumur 5 tahun dan secara tradisional sering digunakan sebagai bahan pembugkus pangkal kayu-kayu bangunan yang ditanam dalam tanah untuk mencegah serangan rayap. Kegunaan tersebut didukung oleh sifat ijuk yang elastis, keras, tahan air, dan sulit dicerna oleh organisme perusak. Ijuk juga sebagai bahan baku pembuat oeralatan keperluan rumah tangga, pohon aren dapat diambil ijuknya dengan memotong ijuk dibagian batang sambil membersihkan pohon aren sebelum disadap/dideres. Ijuk yang sudah diambil dari batangnya, dapat digunakan sebagai atap rumah, talli, sapu ijuk, pengisi dasar septic tank untuk menyaring kotoran,dan tempat penempelan telur pada pembiakan ikan.
5. Kayu Aren
Kayu aren (black sugar palm), seratnya tajam, kasar dan
berwarna hitam. Sebelum diolah, tidak banyak manfaatnya. Disamping
penampilannya tidak menarik sebagai kayu bakarpun jarang digunakan, karena kayu
aren sifatnya keras dan apinya sangat berasap. Berbeda bila diolah, kayu aren
menjelma jadi berbagai produk menarik. Mulai dari furniture, peralatan makan,
sampai lantai rumahpun bisa jadi cantik. Dengan mengedepankan karakteristik
kayunya yang unik itu, kayu aren dibawa sampai ke produk interior, apalagi
melalui pengembangan desainnya akan menjadi berbagai benda souvenir dengan
berbagai bentuk artistik.
Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren mengandung tiga biji. Buah aren yang setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Inti biji (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Endosperma buah aren berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca kalau masih muda. Inti biji inilah yang disebut kolang-kaling. Untuk membuat kolang-kaling, para pengusaha kolang kaling biasanya membakar buah aren sampai hangus, kemudian diambil bijinya untuk direbus selama beberapa jam. Biji yang sudah direbus tersebut kemudian direndam dengan larutan air kapur selama beberapa hari sehingga terfermentasikan.
Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8% dalam setiap 100 gram-nya. Kolang kaling juga mengandung 0,69 gram protein, empat gram karbohidrat, serta kadar abu sekitar satu gram dan serat kasar 0,95 gram.
Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang kaling juga membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia.
Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang mengkonsumsinya, selain itu juga menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan diet.
Nata berasal dari kata Spanyol yang dalam
bahasa Inggris berarti cream, sedangkan pinnata merupakan kata yang
diambil dari nama jenis pohon aren (A. pinnata). Nata merupakan
jenis makanan penyegar atau pencuci mulut (food dessert) yang dapat
digolongkan pada dieatery fiber yang memberi andil yang cukup berarti untuk
kelangsungan fisiologi secara normal. Nata adalah selulosa sintetik, terbentuk
dari proses fermentasi yang bersifat anabolik pada media cair untuk
menghasilkan senyawa kompleks selulosa dari pembentukan senyawa sederhana
(gula). Pada proses fermentasi tersebut, bakteri Acetobacter xylium memegang
peranan untuk pembentukan selulosa, disamping media dan suhu fermentasi.
Kandungan nutrisi nata pinnata yang diolah
dari nira aren tidak berbeda jauh dengan nutrisi nata lainnya yang diolah dari
air kelapa atau dari nira kelapa maupun kandungan nutrisi kolang kaling. Nata
pinnata mengandung kadar air sekitar 97,42%; serat kasar 0,82%; protein 0,15%;
sementara kandungan vitamin C; lemak kalsium dan posfor sangat
rendah. Secara fisik nata pinnata tidak jauh berbeda dengan nata de coco
yang diolah dari air kelapa. Nata pinnata bertekstur lembut, berwarna putih dan
memiliki kekenyalan yang lebih rendah dari nata de coco.
Produk nata merupakan bahan makanan dan banyak
digunakan sebagai pencampur es teler, es buah, sirup, jelly, dan sebagainya.
Nilai gizinya rendah, kandungan terbesarnya adalah air sehingga produk makanan
ini banyak digunakan sebagai sumber makanan rendah energi untuk keperluan diet
dan juga mengadung serat yang bermanfaat untuk memperlancar proses pencernaan
dan proses pembuangan air besar, sehingga bisa mencegah kegemukan (obesitas),
kanker usus dan penyakit kencing manis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar