Rabu, 19 November 2014

BUDIDAYA SENGON (JEUNJING/ALBIZIA)



Oleh:  Wina Kurnia Sejati, S. Hut




Sengon merupakan pohon serbaguna sehingga dapat dijadikan salah satu pohon alternatif yang dapat ditanam secara ekstensif untuk tujuan rehabilitasi lahan-lahan marginal. Karakteristik yang dimiliki kayu sengon sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Dibandingkan dengan jenis kayu lain, masa tebang sengon relative cepat, budidaya mudah, dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah.
Kayu sengon dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan sebagai bahan baku peti, papan penyekat, konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel serta industri pulp dan kertas.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menanam sengon adalah sebagai berikut:
1.    Masa tebang relatif pendek (6-8 tahun)
2.    Pengelolaan relatif mudah (mudah diawetkan, dikeringkan, dan digergaji)
3.    Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit
4.    Kayunya serbaguna
5.    Permintaan pasar yang terus meningkat
6.    Membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan.
PENGADAAN BENIH
Untuk mendapatkan bibit sengon dapat diperoleh melalui pembiakan generatif ataupun vegetatif.
1.    Pembiakan  Generatif
Pembiakan benih dilakukan melalui benih, dimana kriteria benih yang digunakan adalah:
a.       Benih diambil dari pohon yg pertumbuhannya baik (bentuk kokoh tegar, batang tunggal dan utuh, sehat, dan pangkal batang berkayu)
b.      Benih bermutu baik, sehat, bersih, tidak terserang hama atau penyakit
c.       Benih diperoleh dari sumber benih atau membeli dari perusahaan yang telah mendapat rekomendasi dari instansi berwenang.
Penyimpanan dilakukan di botol tertutup atau plastik yang tertutup rapat agar viabilitas benih terjaga
2.    Pembiakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan melalui cara cangkok. Pembuatan bibit cangkokan bisa diperoleh dari pohon yg baru ditebang yang kemudian tunggulnya dibiarkan sehingga keluar trubusan baru, biasanya trubusan yg muncul sekitar 4-5 buah per  tunggul. Setelah trubusan mencapai diameter pangkal ±5 cm maka trubusan itu siap dicangkok dan dibuat bibit baru yang siap tanam.

PERLAKUAN BENIH
Sebelum dilakukan persemaian, benih perlu perlakuan dengan tahapan sebagai berikut:
1.       Perendaman dengan air mendidih (air dingin dan air panas (1:5)) selama 5-10 menit
2.       Benih ditiriskan dan direndam dengan air dingin selama semalam pada suhu kamar, setelah perendaman akan terlihat kotoran benih dan benih yang kosong mengambang di permukaan air  yang selanjutnya sebaiknya diambil dan dibuang.
Tanpa perlakuan pendahuluan ini perkecambahan benih tidak akan serempak, benih  tidak akan berkecambah setelah 5-10 hari, bahkan bisa sampai 4 minggu setelah penaburan.
PERSIAPAN PEMBIBITAN
1.    Penaburan Biji
Biji yang telah direndam semalam kemudian ditabur pada media tabur dimana terdapat larikan dengan kedalaman 1 cm dan jarak antar larikan 5 cm. Kemudian benih ditabur pada bedeng tabur (biasanya bedeng tabur berukuran (5x1)m2 untuk bibit sebanyak 200 gr) dan sedikit ditekan kemudian ditutup dengan pasir halus setebal 1.5 cm. Untuk perkecambahan benih dapat juga dilakukan pada media karung goni basah. Benih mulai berkecambah umumnya pada hari kelima setelah penaburan.
2.    Penyapihan
Pada umur 10-14 hari setelah kecambah, semai sengon rata-rata mencapai ukuran 5 cm. Kecambah tersebut sudah dapat dipindahkan (disapih) ke kantong plastic (polybag) berukuran (10x15)cm yang telah diisi media tanam.
Media tanam yang dapat digunakan dapat berupa: a). campuran tanah humus dan pasir, b). tanah mineral, c). kompos dan tanah mineral. Komposisi media yang cukup memadai ialah campuran tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 7:2:1. Selain itu, media dapat berupa top soil sampai kedalaman 20 cm yang diberi pupuk TSP 1.75 g/wadah atau NPK 0.5 g/wadah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain:
a.       Akar tidak boleh patah
b.      Semai terhindar dari luka
c.       Dilakukan pada pagi hari dan di bawah naungan alami atau buatan

PEMELIHARAAN BIBIT
1.    Penyiraman
Pemeliharaan bibit di persemaian berupa penyiraman dengan air bersih dilakukan dua klai sehari atau tiga kali sehari bila cuaca sangat panas dan berangin. Untuk penyiraman dapat digunakan sprayer gendong dengan butiran air halus (kabut) atau penyiraman biasa (gembor).
2.    Pemberantasan hama dan penyakit
Hama yang menyerang bibit di persemain adalah tikus, belalang, jangkerik, dsb. Untuk mencegah kemungkinan adanya serangan hama adalah persemaian yang perlu dijaga kebersihannya. Kondisi yang memungkinkan berkembangnya penyakit rebah semai adalah sbb:
a.         Medium persemaian terlalu lembab
b.        Kandungan bahan organik tinggi
c.         pH medium sangat masam
d.        Benih dibenamkan terlalu dalam
e.        Naungan berlebihan
f.          Sirkulasi udara tidak lancar
g.         Mutu benih rendah   (Rahayu, 1999)
Sementara itu, penyakit yang sering menyerang bibit sengon adalah jamur penyebab rebah semai (dumping off) dan jamur penyebab busuk akar. Penyebab penyakit ini di antaranya jamur Phytium sp., Phytophora sp., Rhizoctonia sp. Pencegahan dan pengendalian penyakit ini adalah dengan cara menciptakan kondisi yang tidak disukai jamur, melakukan fumigasi, menggunakan, menggunakan air penyiraman yang bersih, dan melakukan streilisasi medium.
PENANAMAN
Bibit yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur antara 3-5 bulan, tergantung perlakuan yang diberikan selama di persemaian. Ukuran bibit dalam wadah yang siap tanam adalah bibit dengan tinggi > 30 cm, diameter pangkal batang 4-7 mm, daun hijau, batang tunggal, sehat, pangkal batang berkayu.
Pada saat bibit ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media tetap utuh dan bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan denagn kedalaman 20-25 cm di areal yang landai, tanah padat, dan bongkahan tanahnya dihancurkan. Apabila lahannya miring, pengolahan tanah dilakukan di sekeliling lubang tanam pada radius 1-2 m dan jarak tanam yang digunakan adalah (3x3) m atau (3x2) m. Setelah bibit dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup kembali dengan tanah serta dipadatkan.
Waktu penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan setelah hujan turun. Pengangkutan bibit ke lapangan diusahakan seaman mungkin. Bibit sebelum diangkut ke lapangan dibiarkan terlebih dahulu selama 2-3 hari pada kotak-kotak angkutan di persemaian dengan maksud untuk memberi waktu bagi bibit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tempat tumbuh yang baru dan harus tetep dijaga agar keadaan bibit tetap segar. Bila perlu, lakukan penyemprotan pestisida untuk mencegah serangan hama penyakit.


1 komentar: