Rabu, 19 November 2014

Diklat Teknis Informasi Teknologi Bagi Penyuluh di Kab. Sukabumi


Kegiatan Diklat Teknis Peningkatan Keterampilan Penyuluh di Bidang Informasi dan Teknologi Bekerja Sama BP4K Kabupaten Sukabumi dengan Badan Diklat Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan di Resort Prima Selabintana Kab. Sukabumi berjalan dengan sangat baik.



Kesan : Instrukturnya sabar, tetep semangat :)

Pesan : Sering diadakan pelatihan di bidang IT

KONSERVASI TANAH



Oleh    : Wina Kurnia Sejati, S.Hut
NIP      : 198603202011012003

Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat kontaminasi lainnya. Strategi yang biasanya dipakai, yaitu:
Strategi lainnya yang biasa dipergunakan dalam bidang pertanian yaitu:
Banyak bidang ilmu yang terlibat dalam upaya-upaya tersebut, diantaranya agronomi, hidrologi, ilmu tanah, kimia lingkungan, meteorologi, mikrobiologi dan teknik pertanian.
Rotasi tanaman, tanaman penutup lahan, dan tanaman penahan angin dikatakan sebagai cara yang paling baik dalam mencegah erosi permukaan tanah. Rotasi tanaman adalah proses pergantian tanaman yang konvensional dan mudah dilakukan, untuk mencegah pengambilan nutrisi tanah yang berlebihan oleh satu jenis tanaman saja. Tanaman penutup berfungsi sebagai pencegah tanah dari erosi, pertumbuhan gulma, dan evapotranspirasi berlebihan, namun tanaman penutup juga memiliki fungsi penting dalam menjaga kualitas kimia tanah; misalnya tanaman Leguminoceae untuk kelestarian kandungan nitrogen dalam tanah dan tanaman Mucuna pruriens untuk fosfor. Tanaman penahan angin ditanam dengan alur yang cukup padat atau barisan pepohonan yang ditanam dengan alur yang paralel terhadap arah angin.
PENCEGAHAN EROSI
Terdapat berbagai cara mekanik dalam menahan erosi air dan angin. Cara utama adalah dengan membentuk mulsa tanah dengan cara menyusun campuran dedaunan dan ranting pohon yang berjatuhan di atas tanah; dan membentuk penahan aliran air, misalnya dengan membentuk teras-teras di perbukitan (terasering) dan pertanian berkontur. Desain Keyline adalah cara yang paling mutakhir dalam menentukan kontur dalam bercocok tanam.
PENGATURAN KADAR GARAM
Ion-ion yang bertanggung jawab dalam proses salinasi tanah yaitu Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan Cl-. Kadar garam diperkirakan telah memengaruhi sebanyak sepertiga lahan subur. Kadar garam dalam tanah secara signifikan dapat memengaruhi metabolisme sebagian besar tanaman pertanian. Kadar garam yang tinggi terdapat pada daerah kering akibat irigasi yang berlebihan atau di area di mana permukaan air tanah asin cukup dangkal. Dalam kasus irigasi berlebihan, garam menumpuk di permukaan tanah sebagai produk sampingan dari infiltrasi tanah. Kasus yang paling terkenal adalah area pertanian di sekitar Bendungan Aswan, di mana bendungan telah mengakibatkan naiknya permukaan air tanah dan mengakibatkan tingginya konsentrasi garam-garaman pada permukaan tanah.
Penggunaan humus dapat mencegah salinisasi tanah lebih jauh lagi. Mekanismenya melibatkan pertukaran anion dan kation hingga pH menjadi stabil dan mengeliminasi kelebihannya dari zona perakaran tanaman.
PERSENTASE HIDROGEN TANAH (KEASAMAN, PH)
Tingkat pH tanah yang merugikan pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara alami di beberapa wilayah, dan secara non alami terjadi dengan adanya hujan asam dan kontaminasi tanah. Peran pH tanah adalah untuk mengendalikan ketersedian nutrisi bagi vegetasi yang tumbuh di atasnya. Makronutrien (kalsium, fosfor, nitrogen, kalium, magnesium, sulfur) tersedia cukup bagi tanaman jika berada pada tanah dengan pH netral atau sedikit beralkalin. Kalsium, magnesium, dan kalium biasanya tersedia bagi tanaman dengan cara pertukaran kation dengan material organik tanah dan partikel tanah liat. Ketika keasaman tanah meningkat, ketersediaan kation untuk material organik tanah dan partikel tanah liat segera tercukupi sehingga tidak ada pertukaran kation dan nutrisi bagi tanaman berkurang. Namun semua itu tidak dapat disimplifikasi karena banyak faktor yang memengaruhi hubungan pH dengan ketersediaan nutrisi, diantaranya tipe tanah (tanah asam sulfat, tanah basa, dsb), kelembaban tanah, dan faktor meteorologika.
ORGANISME DAN MIKROORGANISME TANAH
Melestarikan keberadaan organisme tanah yang menguntungkan adalah salah satu unsur konservasi tanah. Organisme tanah yang menguntungkan dapat berupa spesies makroskopik seperti cacing tanah, dan juga mikroorganisme. Keuntungan yang diberikan oleh cacing tanah terhadap tanah diantaranya memberikan aerasi tanah dan menyediakan nutrisi makro bagi tanah. Ketika cacing tanah mengekskresikan feses dalam bentuk padatan, mineral dan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman telah diseleksi oleh cacing tersebut untuk diabsorpsi oleh akar tanaman. Feses cacing tanah mengandung nitrogen lima kali lebih banyak dari tanah biasa, fosfat tujuh kali lebih banyak, dan kalium sebelas kali lebih banyak. Seekor cacing dapat memproduksi lebih dari 4,5 kg feses dalam setahun. Kegiatan cacing yang terus menggali ke dalam tanah memberikan porositas bagi tanah dan aerasi yang cukup serta meningkatkan kemampuan drainase tanah.
Mikroorganisme tanah berperan penting dalam ketersediaan makronutrien di alam. Seperti contoh, ketersediaan nitrogen terjadi akibat fiksasi nitrogen oleh bakteri simbiotik; bakteri tersebut memiliki enzim nitrogenase yang digunakan untuk memfiksasi nitrogen dari udara dengan hidrogen untuk membentuk amonia dan menghasilkan energi untuk dirinya. Amonia lalu diubah menjadi senyawa organik lainnya. Bakteri fiksasi nitrogen lainnya, seperti Rhizobium, hidup dalam akar leguminoceae dan membentuk simbiosis mutualisme dengan tanaman, memproduksi amonia untuk mendapatkan karbohidrat. Keberadaan mikroorganisme tanah seperti jamur, menurut Dr. Anton Muhibuddin, seorang pakar keragaman hayati jamur dari Universitas Brawijaya, Malang-Indonesia, bahwa keberadaannya dipengaruhi oleh sistem tanam dan input yang diberikan (organik dan non organik). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Indeks keanekaragaman lahan organik lebih tinggi 1,06920) dibandingkan non organik 1,00075). Demikian pula dengan Indeks Dominasi (dominasi satu jenis fungi) pada lahan organik lebih rendah daripada lahan non organik yaitu 0,1032 dan 0,1275.

Dalam hal
siklus karbon, karbon dikeluarkan ke atmosfer melalui pembusukan dan fermentasi oleh bakteri dan jamur (detritus).
Mikoriza adalah simbiotik antara jamur tanah dengan aluran pembuluh akar. Jamur membantu ketersediaan mineral, air, dan dan nutrisi organik untuk tanaman, dan jamur mendapatkan gula dan asam amino dari akar. Terdapat dua jenis mikoriza, yaitu endomikoriza di mana jamur melakukan penetrasi hingga ke dalam akar, dan ektomikoriza di mana jamur hanya melapisi bagian luar akar. Mikoriza beermanfaat bagi tanaman dengan memperluas area penyerapan nutrisi, karena hifa mikoriza berukuran mikroskopik dan tersebar di sekitar akar tanaman.
Beberapa organisme tanah adalah ekstremofil, yaitu makhluk hidup yang memiliki kemampuan adaptasi untuk hidup di lingkungan ekstrem, termasuk temperatur, pH, dan kadar garam yang sebagian besar makhluk hidup tidak mampu bertahan.
Penggunaan insektisida dan herbisida seringkali memengaruhi keberadaan organisme tanah. Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut, meski tidak ditujukan, mampu membunuh organisme tanah yang menguntungkan sehingga mengurangi ketersediaan nutrisi alami bagi tanah. Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut sebaiknya memperhatikan kehidupan organisme tanah dan juga komponen ekologi lainnya.
Metode pertanian tebas dan bakar memiliki dampak pembunuhan besar-besaran bagi organisme tanah akibat temperatur yang dihasilkan dalam proses pembakaran. Hal ini seringkali tidak dapat dikembalikan lagi ke keadaan semula hingga waktu yang sangat lama.
Sistem pertanian yang digunakan seringkali amat memengaruhi kualitas tanah dan metabolisme tanaman, seperti penggunaan bahan-bahan kimia dalam bentuk pestisida, herbisida, dan sebagainya, dan bertahan di tanah dalam waktu lama sehingga tidak memungkinkan lagi bagi organisme tanah, baik yang menguntungkan maupun merugikan, untuk kembali lagi. Alternatif bagi penggunaan kimia adalah persiapan tanah dengan pemanasan tanah menggunakan lapisan plastik transparan yang dapat menutupi area lahan. Plastik tersebut memerangkap panas sehingga temperatur tanah meningkat hingga temperatur yang mematikan bagi organisme tanah, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Keberadaan organisme tanah yang menguntungkan dapat dikembalikan dengan cara induksi. Cara ini juga menguntungkan bagi nutrisi tanah karena uap yang dihasilkan dari proses pemanasan tanah dapat mengeluarkan nutrisi yang sebelumnya terkunci dalam bentuk persenyawaan basa maupun asam yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
MINERALISASI
Agar tanaman mendapatkan nutrisi yang diperlukan bagi perkembangannya, mineralisasi aktif seringkali dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan remahan batu yang mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman atau dapat menggunakan suplemen kimia tanah. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah hilangnya mineral makro maupun mikro dari dalam tanah. Terdapat jenis mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat untuk mineralisasi tanah, yakni mikoriza (vesikular arbuskular mikoriza).
Secara umum, menurut Dr. Anton Muhibuddin (2005) manfaat VAM pada tanaman semusim antara lain: Mikoriza VAM dapat meningkatkan daya serap N, P, K, Ca dan beberapa nutrisi Mikro, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, mengendalikan infeksi patogen akar, memproduksi senyawa-senyawa perangsang pertumbuhan, merangsang aktivitas beberapa organisme yang menguntungkan (Rhizobium dan Bakteri pemecah fosfor), memperbaiki struktur dan agregasi tanah serta membantu siklus mineral.
Pada tanaman tahunan seperti kelapa sawit juga diketahui bahwa mikoriza VAM dari genus Acaulospora mampu meningkatkan daya hidup planlet menjadi 91% dibandingkan dengan planlet tanpa inokulasi yang hanya 62%. Inokulasi VAM diketahui juga dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen tular tanah. VAM tidak hanya terlibat dalam mekanisme pertahanan tanaman terhadp patogen tular tanah tapi juga dapt meningkatkan toleransi terhadap serangan patogen yang ada di tajuk, selain itu inokulasi dengan mikoriza diharapkan dapat menekan serangan jamur tular tanah Ganoderma, namun interaksi antara jamur mikoriza dan Ganoderma masih dievaluasi (Muhibuddin, 2007).

BUDIDAYA SENGON (JEUNJING/ALBIZIA)



Oleh:  Wina Kurnia Sejati, S. Hut




Sengon merupakan pohon serbaguna sehingga dapat dijadikan salah satu pohon alternatif yang dapat ditanam secara ekstensif untuk tujuan rehabilitasi lahan-lahan marginal. Karakteristik yang dimiliki kayu sengon sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Dibandingkan dengan jenis kayu lain, masa tebang sengon relative cepat, budidaya mudah, dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah.
Kayu sengon dapat digunakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan sebagai bahan baku peti, papan penyekat, konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel serta industri pulp dan kertas.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menanam sengon adalah sebagai berikut:
1.    Masa tebang relatif pendek (6-8 tahun)
2.    Pengelolaan relatif mudah (mudah diawetkan, dikeringkan, dan digergaji)
3.    Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit
4.    Kayunya serbaguna
5.    Permintaan pasar yang terus meningkat
6.    Membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki kualitas lahan.
PENGADAAN BENIH
Untuk mendapatkan bibit sengon dapat diperoleh melalui pembiakan generatif ataupun vegetatif.
1.    Pembiakan  Generatif
Pembiakan benih dilakukan melalui benih, dimana kriteria benih yang digunakan adalah:
a.       Benih diambil dari pohon yg pertumbuhannya baik (bentuk kokoh tegar, batang tunggal dan utuh, sehat, dan pangkal batang berkayu)
b.      Benih bermutu baik, sehat, bersih, tidak terserang hama atau penyakit
c.       Benih diperoleh dari sumber benih atau membeli dari perusahaan yang telah mendapat rekomendasi dari instansi berwenang.
Penyimpanan dilakukan di botol tertutup atau plastik yang tertutup rapat agar viabilitas benih terjaga
2.    Pembiakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan melalui cara cangkok. Pembuatan bibit cangkokan bisa diperoleh dari pohon yg baru ditebang yang kemudian tunggulnya dibiarkan sehingga keluar trubusan baru, biasanya trubusan yg muncul sekitar 4-5 buah per  tunggul. Setelah trubusan mencapai diameter pangkal ±5 cm maka trubusan itu siap dicangkok dan dibuat bibit baru yang siap tanam.

PERLAKUAN BENIH
Sebelum dilakukan persemaian, benih perlu perlakuan dengan tahapan sebagai berikut:
1.       Perendaman dengan air mendidih (air dingin dan air panas (1:5)) selama 5-10 menit
2.       Benih ditiriskan dan direndam dengan air dingin selama semalam pada suhu kamar, setelah perendaman akan terlihat kotoran benih dan benih yang kosong mengambang di permukaan air  yang selanjutnya sebaiknya diambil dan dibuang.
Tanpa perlakuan pendahuluan ini perkecambahan benih tidak akan serempak, benih  tidak akan berkecambah setelah 5-10 hari, bahkan bisa sampai 4 minggu setelah penaburan.
PERSIAPAN PEMBIBITAN
1.    Penaburan Biji
Biji yang telah direndam semalam kemudian ditabur pada media tabur dimana terdapat larikan dengan kedalaman 1 cm dan jarak antar larikan 5 cm. Kemudian benih ditabur pada bedeng tabur (biasanya bedeng tabur berukuran (5x1)m2 untuk bibit sebanyak 200 gr) dan sedikit ditekan kemudian ditutup dengan pasir halus setebal 1.5 cm. Untuk perkecambahan benih dapat juga dilakukan pada media karung goni basah. Benih mulai berkecambah umumnya pada hari kelima setelah penaburan.
2.    Penyapihan
Pada umur 10-14 hari setelah kecambah, semai sengon rata-rata mencapai ukuran 5 cm. Kecambah tersebut sudah dapat dipindahkan (disapih) ke kantong plastic (polybag) berukuran (10x15)cm yang telah diisi media tanam.
Media tanam yang dapat digunakan dapat berupa: a). campuran tanah humus dan pasir, b). tanah mineral, c). kompos dan tanah mineral. Komposisi media yang cukup memadai ialah campuran tanah, pasir, dan kompos dengan perbandingan 7:2:1. Selain itu, media dapat berupa top soil sampai kedalaman 20 cm yang diberi pupuk TSP 1.75 g/wadah atau NPK 0.5 g/wadah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain:
a.       Akar tidak boleh patah
b.      Semai terhindar dari luka
c.       Dilakukan pada pagi hari dan di bawah naungan alami atau buatan

PEMELIHARAAN BIBIT
1.    Penyiraman
Pemeliharaan bibit di persemaian berupa penyiraman dengan air bersih dilakukan dua klai sehari atau tiga kali sehari bila cuaca sangat panas dan berangin. Untuk penyiraman dapat digunakan sprayer gendong dengan butiran air halus (kabut) atau penyiraman biasa (gembor).
2.    Pemberantasan hama dan penyakit
Hama yang menyerang bibit di persemain adalah tikus, belalang, jangkerik, dsb. Untuk mencegah kemungkinan adanya serangan hama adalah persemaian yang perlu dijaga kebersihannya. Kondisi yang memungkinkan berkembangnya penyakit rebah semai adalah sbb:
a.         Medium persemaian terlalu lembab
b.        Kandungan bahan organik tinggi
c.         pH medium sangat masam
d.        Benih dibenamkan terlalu dalam
e.        Naungan berlebihan
f.          Sirkulasi udara tidak lancar
g.         Mutu benih rendah   (Rahayu, 1999)
Sementara itu, penyakit yang sering menyerang bibit sengon adalah jamur penyebab rebah semai (dumping off) dan jamur penyebab busuk akar. Penyebab penyakit ini di antaranya jamur Phytium sp., Phytophora sp., Rhizoctonia sp. Pencegahan dan pengendalian penyakit ini adalah dengan cara menciptakan kondisi yang tidak disukai jamur, melakukan fumigasi, menggunakan, menggunakan air penyiraman yang bersih, dan melakukan streilisasi medium.
PENANAMAN
Bibit yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur antara 3-5 bulan, tergantung perlakuan yang diberikan selama di persemaian. Ukuran bibit dalam wadah yang siap tanam adalah bibit dengan tinggi > 30 cm, diameter pangkal batang 4-7 mm, daun hijau, batang tunggal, sehat, pangkal batang berkayu.
Pada saat bibit ditanam, kantong plastik dilepas secara hati-hati supaya media tetap utuh dan bibit dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan denagn kedalaman 20-25 cm di areal yang landai, tanah padat, dan bongkahan tanahnya dihancurkan. Apabila lahannya miring, pengolahan tanah dilakukan di sekeliling lubang tanam pada radius 1-2 m dan jarak tanam yang digunakan adalah (3x3) m atau (3x2) m. Setelah bibit dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup kembali dengan tanah serta dipadatkan.
Waktu penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan setelah hujan turun. Pengangkutan bibit ke lapangan diusahakan seaman mungkin. Bibit sebelum diangkut ke lapangan dibiarkan terlebih dahulu selama 2-3 hari pada kotak-kotak angkutan di persemaian dengan maksud untuk memberi waktu bagi bibit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tempat tumbuh yang baru dan harus tetep dijaga agar keadaan bibit tetap segar. Bila perlu, lakukan penyemprotan pestisida untuk mencegah serangan hama penyakit.