Oleh:
Wina Kurnia Sejati, S. Hut
Sengon merupakan pohon serbaguna
sehingga dapat dijadikan salah satu pohon alternatif yang dapat ditanam secara
ekstensif untuk tujuan rehabilitasi lahan-lahan marginal. Karakteristik yang
dimiliki kayu sengon sangat sesuai dengan kebutuhan industri. Dibandingkan
dengan jenis kayu lain, masa tebang sengon relative cepat, budidaya mudah, dan
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah.
Kayu sengon dapat digunakan untuk
berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan sebagai bahan baku peti, papan
penyekat, konstruksi, industri korek api, pensil, papan partikel serta industri
pulp dan kertas.
Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh dengan menanam sengon adalah sebagai berikut:
1.
Masa tebang relatif pendek (6-8 tahun)
2.
Pengelolaan relatif mudah (mudah diawetkan,
dikeringkan, dan digergaji)
3.
Persyaratan tempat tumbuh tidak rumit
4.
Kayunya serbaguna
5.
Permintaan pasar yang terus meningkat
6.
Membantu menyuburkan tanah dan memperbaiki
kualitas lahan.
PENGADAAN BENIH
Untuk mendapatkan bibit sengon
dapat diperoleh melalui pembiakan generatif ataupun vegetatif.
1.
Pembiakan
Generatif
Pembiakan benih dilakukan melalui benih, dimana kriteria
benih yang digunakan adalah:
a.
Benih diambil dari pohon yg pertumbuhannya baik
(bentuk kokoh tegar, batang tunggal dan utuh, sehat, dan pangkal batang
berkayu)
b.
Benih bermutu baik, sehat, bersih, tidak
terserang hama atau penyakit
c.
Benih diperoleh dari sumber benih atau membeli
dari perusahaan yang telah mendapat rekomendasi dari instansi berwenang.
Penyimpanan dilakukan di botol
tertutup atau plastik yang tertutup rapat agar viabilitas benih terjaga
2.
Pembiakan Vegetatif
Pembiakan vegetatif dapat dilakukan
melalui cara cangkok. Pembuatan bibit cangkokan bisa diperoleh dari pohon yg
baru ditebang yang kemudian tunggulnya dibiarkan sehingga keluar trubusan baru,
biasanya trubusan yg muncul sekitar 4-5 buah per tunggul. Setelah trubusan mencapai diameter
pangkal ±5 cm maka trubusan
itu siap dicangkok dan dibuat bibit baru yang siap tanam.
PERLAKUAN BENIH
Sebelum dilakukan persemaian,
benih perlu perlakuan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Perendaman
dengan air mendidih (air dingin dan air panas (1:5)) selama 5-10 menit
2.
Benih ditiriskan dan direndam dengan air dingin
selama semalam pada suhu kamar, setelah perendaman akan terlihat kotoran benih
dan benih yang kosong mengambang di permukaan air yang selanjutnya sebaiknya diambil dan
dibuang.
Tanpa perlakuan pendahuluan ini
perkecambahan benih tidak akan serempak, benih
tidak akan berkecambah setelah 5-10 hari, bahkan bisa sampai 4 minggu
setelah penaburan.
PERSIAPAN PEMBIBITAN
1.
Penaburan Biji
Biji yang telah direndam semalam kemudian ditabur pada
media tabur dimana terdapat larikan dengan kedalaman 1 cm dan jarak antar
larikan 5 cm. Kemudian benih ditabur pada bedeng tabur (biasanya bedeng tabur
berukuran (5x1)m2 untuk bibit sebanyak 200 gr) dan sedikit ditekan
kemudian ditutup dengan pasir halus setebal 1.5 cm. Untuk perkecambahan benih
dapat juga dilakukan pada media karung goni basah. Benih mulai berkecambah
umumnya pada hari kelima setelah penaburan.
2.
Penyapihan
Pada umur 10-14 hari setelah kecambah, semai sengon
rata-rata mencapai ukuran 5 cm. Kecambah tersebut sudah dapat dipindahkan
(disapih) ke kantong plastic (polybag) berukuran (10x15)cm yang telah diisi
media tanam.
Media tanam yang dapat digunakan dapat berupa: a).
campuran tanah humus dan pasir, b). tanah mineral, c). kompos dan tanah
mineral. Komposisi media yang cukup memadai ialah campuran tanah, pasir, dan
kompos dengan perbandingan 7:2:1. Selain itu, media dapat berupa top soil
sampai kedalaman 20 cm yang diberi pupuk TSP 1.75 g/wadah atau NPK 0.5 g/wadah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan
bibit antara lain:
a.
Akar tidak boleh patah
b.
Semai terhindar dari luka
c.
Dilakukan pada pagi hari dan di bawah naungan
alami atau buatan
PEMELIHARAAN BIBIT
1.
Penyiraman
Pemeliharaan bibit di persemaian berupa penyiraman
dengan air bersih dilakukan dua klai sehari atau tiga kali sehari bila cuaca
sangat panas dan berangin. Untuk penyiraman dapat digunakan sprayer gendong
dengan butiran air halus (kabut) atau penyiraman biasa (gembor).
2.
Pemberantasan hama dan penyakit
Hama yang menyerang bibit di persemain adalah tikus,
belalang, jangkerik, dsb. Untuk mencegah kemungkinan adanya serangan hama
adalah persemaian yang perlu dijaga kebersihannya. Kondisi yang memungkinkan berkembangnya
penyakit rebah semai adalah sbb:
a.
Medium persemaian terlalu lembab
b.
Kandungan bahan organik tinggi
c.
pH medium sangat masam
d.
Benih dibenamkan terlalu dalam
e.
Naungan berlebihan
f.
Sirkulasi udara tidak lancar
g.
Mutu benih rendah (Rahayu, 1999)
Sementara itu, penyakit yang
sering menyerang bibit sengon adalah jamur penyebab rebah semai (dumping off) dan jamur penyebab busuk
akar. Penyebab penyakit ini di antaranya jamur Phytium sp., Phytophora sp.,
Rhizoctonia sp. Pencegahan dan
pengendalian penyakit ini adalah dengan cara menciptakan kondisi yang tidak
disukai jamur, melakukan fumigasi, menggunakan, menggunakan air penyiraman yang
bersih, dan melakukan streilisasi medium.
PENANAMAN
Bibit yang siap ditanam di
lapangan adalah bibit yang berumur antara 3-5 bulan, tergantung perlakuan yang
diberikan selama di persemaian. Ukuran bibit dalam wadah yang siap tanam adalah
bibit dengan tinggi > 30 cm, diameter pangkal batang 4-7 mm, daun hijau,
batang tunggal, sehat, pangkal batang berkayu.
Pada saat bibit ditanam, kantong
plastik dilepas secara hati-hati supaya media tetap utuh dan bibit dimasukkan
ke dalam lubang yang telah disiapkan denagn kedalaman 20-25 cm di areal yang
landai, tanah padat, dan bongkahan tanahnya dihancurkan. Apabila lahannya
miring, pengolahan tanah dilakukan di sekeliling lubang tanam pada radius 1-2 m
dan jarak tanam yang digunakan adalah (3x3) m atau (3x2) m. Setelah bibit
dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup kembali dengan tanah serta
dipadatkan.
Waktu penanaman di lapangan
sebaiknya dilakukan setelah hujan turun. Pengangkutan bibit ke lapangan
diusahakan seaman mungkin. Bibit sebelum diangkut ke lapangan dibiarkan
terlebih dahulu selama 2-3 hari pada kotak-kotak angkutan di persemaian dengan
maksud untuk memberi waktu bagi bibit untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
tempat tumbuh yang baru dan harus tetep dijaga agar keadaan bibit tetap segar. Bila
perlu, lakukan penyemprotan pestisida untuk mencegah serangan hama penyakit.